Ada Siapa di Punggungku?

Beberapa minggu ini, Himda ( 2,5 tahun) menunjukkan perkembangan yang luar biasa menurut kami. Biasanya kalo kami sholat berjamaah di rumah dia ikut-ikutan sholat di samping kami, ikut menirukan bacaan sholat dengan suara mungilnya, lalu meniru kakaknya melipat sajadah selepas shalat. Kali ini berbeda, ia minta pake mukena, karena belum punya mukena sendiri maka dia pakai mukena atasan saya dan pastilah mukenanya kedodoran "menenggelamkan" tubuh mungilnya. Kami tertawa penuh haru melihat dia sudah bisa menirukan gerakan shalat dan mengucapkan Allahu Akbar meski masih cedal. Mudah-mudahan, ramadhan tahun ini dia bisa ikut merasakan nikmatnya beribadah di bulan ramadhan dan bisa di ajak shalat di masjid karena tahun lalu saya belum berani membawanya ke masjid. Di masjid tempat saya tinggal, jamaah putri di lantai 2 dan Himda dari atas memanggil-manggil kakaknya sambil jalan-jalan kesana kemari. Daripada mengganggu orang shalat, lebih baik saya shalat tarawih di rumah. Semoga ramadhan  tahun ini hal itu tidak terulang kembali.

Isya, Himda dan teman-teman di Masjid

Lain Himda, lain pula cerita Isya, kakaknya. Pada bulan ramadhan 3 tahun yang lalu, Himda masih dalam kandungan. Saat itu kehamilan saya berusia 8 bulan dan usia Isya kurang lebih 2 tahun.Saat itu kami masih tinggal bersama orang tua. Saya, Mbah Uti, Mbah Kakung dan Isya berangkat ke musholla tak jauh dari tempat kami tinggal. Saya memang membiasakan dia ke masjid agar terbiasa apalagi untuk anak laki-laki yang lebih utama shalat di masjid. Saat itu suami masing wira-wiri melanjutkan sekolah dan bekerja di luar kota. Dan namanya anak-anak, tentu ramai jika ketemu anak lain. Agar Isya tidak ribut, biasanya ia ikut Mbah Kakung di jajaran jamaah pria. Diapit jamaah bapak-bapak, dia tidak berani berkutik, ikut shalat atau kadang tertidur sebelum shalat selesai.

Tapi jika Mbah Kakung berangkat lebih dulu ke musholla, maka Isya berangkat bersama saya dan Mbah Uti yang otomatis dia ikut di jamaah wanita. Biasanya di shaf paling belakang atau di teras musholla di penuhi anak-anak perempuan. Seringkali mereka menggoda Isya, menowel pipinya, atau berpura-pura menakutinya. Tau kan akibatnya? Isya akan tertawa lalu berlarian kesana kemari bersama anak-anak di belakang. Tidak sekali dua kali saya, Mbah Uti, dan para orang tua memperingatkan mereka. Mereka menurut dan mengulanginya lagi saat shalat di mulai.

Hingga pada suatu malam, saat itu Mbah Kakung sudah berangkat lebih dulu. Saya Mbah Uti, dan Isya agak terlambat sehingga kami shalat di shaf terakhir di teras musholla. Dan yang kami khawatirkan pun terjadi. Isya sibuk berlarian bersama anak-anak lain. Jika anak-anak yang lebih besar darinya bisa menahan tawa, tidak dengan Isya yang tawanya memecah keheningan di musholla, inilah yang sangat saya khawatirkan, mengganggu konsentrasi jamaah.

Biasanya saat saya shalat di rumah, Isya suka naik ke punggung saat saya sujud, atau bersembunyi di balik mukena. Saya sama sekali tidak menyangka kebiasaan ini terulang di musholla. Mungkin saking senangnya bermain bersama teman-teman, di rakaat terakhir shalat tarawih yang ke sekian, saat sujud ia tiba-tiba melompat ke punggung. Begitu bangun dari sujud lalu salam, saya dan Mbah Uti yang berada di sebelah kanan saya kaget sambil menahan tawa, Isya sedang duduk manis di punggung Ibu Din, tetangga belakang rumah yang shalatnya di sebelah kiri saya yang belum bisa bangun dari sujud karena ada Isya di punggungnya. Begitu melihat saya, Isya juga kaget dan langsung turun lalu melompat ke pangkuan ibunya. Ia tampak sangat malu.

Saya dan Mbah Uti berulang kali minta maaf pada Ibu Din, karena Isya yang tanpa sengaja melompat di punggungnya. Isya cuma diam sambil bersembunyi di pelukan saya. Mungkin dia berpikir' Wah, tadi aku salah naik nih, habis pas sujud semuanya sama sih, sama-sama pake mukena putih'. Ibu Din juga tampak menahan tawa, alhamdulillah dia tidak mempermasalahkan hal ini. Hubungan kami dengan keluarga Ibu Din juga sangat baik, bahkan Ibu Din ikut mengantar saat saya dan suami pindahan ke Wonosobo.

Pada bulan ramadhan tahun ini, insyaallah Isya berusia 5 tahun dan Himda 3 tahun. Semoga bisa memaksimalkan ibadah di bulan ramadhan dan tidak ribut/ramai di masjid ya, nak.


Komentar

  1. Izin berkunjung dan nyimak langsung artikelnya gan? Salam kenal, semoga sukses AMIIIN!!!

    http://cariobatherbal.com/cara-mengobati-flek-paru-paru-pada-anak/

    BalasHapus
  2. Semoga menang mam giveawaynya :)

    BalasHapus
  3. anak2 memang begitu ya. coba kita seperti Rasulullah yg sabar saat cucu2nya naik ke punggung. saya masih harus belajar sabar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, ini belum seberapa ya..alhamdulillah anaknya mau ikut ke masjid. sekarang isya sudah tenang shalat di masjid, adiknya yg masih belajar :)

      Hapus
  4. Hihihi Isya lucu... untungnya Bu Din baik hati yaa...
    semoga kita bisa bertemu Ramadan tahun ini ya Isya dan Himda..

    aamiin...
    salam kenal mak... :-)

    BalasHapus
  5. Naik ke punggung orang yang shalat, itu hobi saya juga waktu kecil, hihi.. Salam buat Isya ya.. Eh, wonosobo ya mba? deket dong... bapak saya di purworejo.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer