Ziarah ke Makam Mbah Dalhar, Aulia Gunungpring Muntilan Magelang

Kiai Dalhar atau Mbah Dalhar merupakan salah satu ulama nusantara yang terkenal sebagai rujukan keilmuan, perjuangan melawan penjajah serta sufisme dalam tradisi pesantren. Tak heran jika makam beliau selalu ramai peziarah. Mbah Dalhar dikebumikan di pemakaman Gunungpring, Watucongol, Muntilan, Magelang. Makam beliau termasuk mudah dijangkau. Beliau dikenal sebagai seorang aulia sehingga tak heran makam aulia Gunungpring sering dikunjungi peziarah dari berbagai kota.

Akhir pekan lalu kami sekeluarga berziarah ke makam aulia Gunungpring. Kebetulan bersama kami datang juga para peziarah yang sepertinya dari luar kota sehingga tempat parkir penuh dengan kendaraan bermotor khususnya bus, minibus dan kendaraan pribadi. Rata-rata rombongan peziarah menggunakan seragam atau atribut yang sama. Dari tempat parkir ke pintu gerbang makam aulia Gunungpring tidak jauh, hanya jalan terowongan. Dari pintu gerbang menuju ke makam aulia, kita harus mendaki anak tangga yang di kanan kirinya dapat kita jumpai para pedagang sebagaimana umumnya di makam aulia/makan walisongo. 

Makam ini memang menjadi salah satu tujuan wisata religi dan ziarah bagi masyarakat. Fasilitasnya lengkap dan terawat. Kita harus menaiki tangga untuk sampai ke makam. Namun tidak setinggi tangga di makam Sunan Muria Kudus. 

Profil

Kiai Dalhar lahir pada 10 Syawal 1286 H (12 Januari 1870 M) di Watucongol Muntilan Magelang. Beliau lahir dari keluarga santri dan merupakan putra dari KH. Abdurrahman bin Abdurrauf bin Hasan Tuqo. Kakek Mbah Dalhar merupakan salah seorang panglima perang Pangeran Diponegoro dan nasab Kyai Hasan Tuqo sampai kepada Sunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III sehingga Kyai Hasan Tuqo memiliki nama lain Raden Bagus Kemuning.

Pada saat Perang Jawa (1825-1830) pecah, Pangeran Dipanegara membantu barisan kiai yang berjuang untuk melawan Belanda. Diantaranya, tercatat nama Kiai Modjo, Kiai Hasan Besari, Kiai Nur Melangi, serta Kiai Abdurrauf, putra Kiai Hasan Tuqo. Kiai Abdurrauf inilah yang mendapat tugas sebagai panglima perang Diponegoro yang menjaga kawasan Magelang. Pada kisaran awal abad ke-19, kawasan Magelang menjadi jalur penting dalam ekonomi dan politik, karena menjadi titik pertemuan dari kawasan Yogyakarta menuju Temanggung dan Semarang di daerah pesisiran. Kiai Abdurrauf menjadi panglima untuk menjaga wilayah Magelang, serta memberi pengaruh penting penganut Diponegoro di kawasan ini. Demi menjaga kawasan Magelang dan mendukung pergerakan Diponegoro, Kiai Abdurrauf bertempat di kawasan Magelang dan mendukung pergerakan Diponegoro. Kiai Abdurrauf menempati kawasan Muntilan, yaitu di Dukuh Tempur, Desa Gunung Pring Muntilan. Di kawasan ini, Kiai Abdurraufmendirikan pesantren untuk mengajarkan ilmu agama pada pengikutnya dan warga sekitar. Dukuh Santren di Desa Gunungpringpun menjadi saksi perjuangan dakwah dan militer Kiai Abdurrauf.

Saat kecil Nahrowi (nama kecil Kiai Dalhar) belajar Al Quran dan beberapa dasar ilmu agama pada ayahnya sndiri. Pada usia 13 tahun beliau mondok di pesantren Kyai Mad Ushul di Dukuh Mbawang Ngadirejo Salaman Magelang. Di bawah bimbingan Kyai Mad Ushul, beliau belajar ilmu tauhid selama kurang lebih 2 tahun.

Pada usia 15 tahun, Kiai Dalhar mondok di Pesantren Al-Kahfi Somalangu Kebumen yang dipimpin oleh Syeikh As Sayyid Ibrahim bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani atau Syeikh Abdul Kahfi Ats-Tsani. Atas permintaan Kiai Abdurrahman kepada Syaikh Abdul Kahfi ats-Tsani, Kiai Dalhar mengabdi di ndalem sang Syaikh selama 8 tahun.

Pada tahun 1314 H/1896, putra Syaikh Abdul Kahfi ats-Tsani berniat belajar di Makkah. Sang Syaikh memerintah Kiai Dalhar untuk menemani anaknya, yakni Sayyid Muhammad al-Jilani al-Hasani. Di Makkah, doa pemuda pengabdi ilmu ini diterima oleh Syaikh Sayyid Muhammad Bababshol al-Hasani, yang merupakan kerabat dari Syaikh Ibrahim al-Hasani. Syaikh Sayyid Muhammad Bababshol, pada waktu itu merupakan mufti Syafi'iyyah Makkah. Di rubath kawasan Misfalah, Kiai Dalhar bersama Syaikh Muhammad al-Jilani al-Hasani bermukim selama mengaji di Makkah.

Di tanah Hijaz, nama "Dalhar" menemukan sejarahnya, yaitu persembahan dari Syaikh Sayyid Muhammad Babashol al-Hasani, hingga tersemat nama Nahrowi Dalhar. Kiai Dalhar memperoleh ijazah mursyid Thariqah Syadziliyyah dari Syaikh Muhtarom al-Makki dan ijazah Dalailur Khairat dari Sayyid Muhammad Amin al-Madani.

Dari jalur thariqah inilah, Kiai Dalhar dikenal sebagai mursyid, sufi, ulama 'alim, sekaligus penggerak perjuangan pada masa kemerdekaan di Indonesia. Kiai Dalhar menurunkan ijazah thariqah syadziliyyah kepada 3 orang muridnya, yakni Kiai Iskandar Salatiga, Kiai Dhimyati Banten, dan Kiai Ahmad Abdul Haq.

Ketika mengaji di Makkah, secara istiqomah Kiai Dalhar tidak pernah buang hadats di tanah suci. Ketika ingin berhadat, Kiai Dalhar memilih pergi ke luar tanah suci, sebagai bentuk penghormatan. Inilah bentuk ta'dzim sekaligus sikap istiqomah Kiai Dalhar yang telah teruji.

Setelah pulang dari tanah suci, sekitar tahun 1900 M ia kemudian meneruskan pondok kecil peninggalan nenek moyangnya di kaki bukit kecil Gunungpring, Watu Congol, Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang. Kurang lebih 3 kilometer sebelah timur Candi Borobudur. Pondok pesantren kecil ini lambat laun tidak hanya dihuni oleh santri-santri sekitar eks Karasidenan Kedu saja namun sampai pelosok tanah Jawa.

Kiai Dalhar dikenal menulis beberapa kitab, di antaranya: Kitab Tanwir al-Ma'ani, Manaqib Syaikh as-Sayyid Abdul Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar as-Syadzili al-Hasani, Imam Tariqah Saydziliyyah. Kiai Dalhar juga menjadi rujukan beberapa kiai yang kemudian menjadi pengasuh pesantren-pesantren ternama. 

Guru-guru beliau saat menuntut ilmu di antaranya:

1. KH. Abdurrahman bin Abdurrauf bin Hasan Tuqo

2. Kiai Mad Ushul di kawasan Mbawang, Ngadirejo, Salaman, Magelang

3. Syekh as-Sayyid Ibrahim bin Muhammad al-Jilani al-Hasani

4. Syaikh Abdul Kahfi ats-Tsani

5. Syaikh Sayyid Muhammad Babashol al-Hasani

6. Syaikh Muhtarom al-Makki

7. Sayyid Muhammad Amin al-Madani.

Ulama-ulama yang menjadi murid beliau diantaranya:

1. KH. Ma'shum  (Lasem)

2. KH. Mahrus Aly  (Lirboyo)

3. Abuya Dhimyati   (Banten)

4. KH. Marzuki Giriloyo

5. Gus Miek

Lokasi Makam

wafat pada 29 Ramadhan (1959 M)/8 April 1959 M, sebagian riwayat menyebutkan Kiai Dalhar wafat pada 23 Ramadhan (1959 M). Makamnya terletak di kompleks makam Kiai Raden Santri yang terletak di sisi barat Muntilan, tepatnya di atas bukit Gunung Pring pada ketinggian kurang lebih 500 meter di atas permukaan laut.

Di kompleks tersebut juga berjejer makam di antaranya:

1. Kiai Raden Santri

2. KH. Abdurrahman bin Abdurrauf bin Hasan Tuqo

3. KH. Dalhar Watucongol.

4. Kiai Krapyak Kamaluddin

5. KH. Harun

6. Nyai Harun

7. Kiai Abdul Sajad

8. Gus Jogorekso

9. Nyai Suratinah Jogorekso

10.KH. Qowaid Abdulloh S

11. Kiai Kertonjani

12. KH. Chusain

Mengangkut

Haul diperingati bulan Ramadhan, untuk tanggal haul pihak keluarga pesantren yang akan memberitahu acara haul diperingati.

Motivasi Ziarah Menurut Syeikh An Nawawi Banten

     1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat

     2. Untuk berharap

     3. Untuk mendapatkan keberkahan

     4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah 

Dengan berdoa kepada Allah dengan melalui wasilah maka akan ada fadilah di antaranya:

1. Dimudahkan mendapatkan anak keturunan yang cerdas, sholeh, dan ahli ilmu

2. Dimudahkan dalam belajar ilmu keagamaan dan ilmu pendidikan lainnya.

3. Dimudahkan dalam mendapatkan derajat hidupnya

Oleh-oleh

Seusai ziarah kita bisa membawa oleh-oleh seperti makanan, souvenir dan segala pernak-pernik oleh-oleh. Selain di sepanjang anak tangga, pedagang juga banyak terdapat di tepi jalan sekitar kompleks makam. Sedikit tips sebelum mengunjungi wisata religi di Gunungpring ini, gunakan alas kaki yang nyaman, siapkan bekal yang dibutuhkan seperti makanan dan minuman, dan jangan lupa fisik dan kendaraan yang sehat.                      

Alamat

Makam Aulia Gunungpring

Karaharjan, Gunungpring, Kec. Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah 56415

 

Referensi:

1.  https://www.nu.or.id/tokoh/kh-dalhar-watucongol-kiai-pejuang-dan-cucu-panglima-perang-jawa-fycXQ

2. https://www.laduni.id/post/read/74326/ziarah-makam-kh-dalhar-watucongol-wali-hakekat-dari-magelang

 

 

Komentar

Postingan Populer