Menyusuri Kota Lama Semarang, Menikmati Keindahan Little Netherland
Semarang selalu menjadi tempat yang berkesan. Dari jaman masih kerja,
nemenin suami menyelesaikan studi, hingga pilihan destinasi liburan keluarga.
Liburan kali ini, Kota Lama menjadi tujuan kami. Selain untuk liburan juga
untuk belajar sejarah mengenal Semarang tempo dulu melalui arsitektur bangunan
di Kota Lama.
Untuk memudahkan liburan, kami menginap di Hotel Horison Kota Lama yang
berada di lokasi tersebut.
Pagi-pagi, selagi cuaca masih cerah, udara belum panas, dan jalanan masih lengang, kami sekeluarga langsung meninggalkan hotel ke komplek Kota Lama.
Baca juga: Menyusuri Kota Lama Semarang, Menikmati Keindahan Little Netherland
Sejarah Kota Lama Semarang
Menurut sejarah, Kota Lama berdiri pada akhir abad
ke-17, setelah terjadi perjanjian antara Kerajaan Mataram di bawah kekuasaan
Amangkurat II, dan Vereeniging van Oost-Indische Compagnië (VOC) pada tahun 1678,
yang memberikan hak kepada VOC untuk menguasai wilayah Pantai Utara-Timur Jawa,
jika VOC dapat mengalahkan perlawananan/pemberontakan Trunajaya dari
Madura terhadap Mataram. Kesepakatan itu terjadi pada tanggal 15 Januari tahun
1678 silam. Sejak itu mulailah dibangun beberapa bangunan mulai dari gedung
pemerintahan, rumah-rumah warga, kanal serta benteng yang bernama
Vijhoek.
VOC berhasil untuk mengalahkan Trunajaya dan
kompeni dagang ini memilih area di dekat pusat kabupaten Semarang dan Kali
Semarang sebagai tempat permukimannya agar dapat mengawasi secara mudah
pemerintahan Jawa dan aktivitas perdagangan di Laut Jawa. Dalam
perkembangannya, koloni VOC ini menjadi kota yang dikelilingi benteng, tempat
para pimpinan, para pegawai, serta serdadu VOC bermukim. Di dalam
kawasan benteng ini tumbuh dan berkembang fasilitas kota seperti: balai kota,
pertokoan, jalan-jalan, barak militer, dan perumahan. Pada sekitar dekade ke-3
abad ke-19, benteng VOC ini diruntuhkan, karena terjadi perluasan area permukiman
ini.
Sekarang, kota benteng yang dibangun oleh VOC ini
disebut Kota Lama atau “De Oude Stad”, dan Pemerintah Kota Semarang berusaha
untuk melindungi dan mengembangkan kota ini sebagai asset pariwisata budaya,
karena posisinya yang unik dan menarik sebagai suatu warisan budaya dan atraksi
pariwisata.
Di sekitar kawasan Kota Lama terdapat jalan-jalan
yang saat itu berfungsi untuk mempercepat jalur perhubungan antar ketiga pintu
gerbang. Jalan utamanya bernama Heeren Straat yang saat ini bernama Jl. Letjen.
Suprapto.
Karena masih menyimpan bangunan-banguan khas Eropa, kawasan Kota Lama Semarang mendapatkan julukan sebagai “Little Netherland”. Sedikitnya terdapat 50 bangunan kuno yang berada di sekitar Kota Lama Semarang, dan memiliki luas sekitar 31 hektar.
Tiket Masuk Kota Lama Semarang
Karena merupakan area publik, maka harga tiket masuk Kota Lama Semarang
pun tidak ada alias gratis. Kita hanya perlu mengeluarkan uang untuk biaya
parkir kendaraan serta jika hendak mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada
di sekitar kawasan Kota Lama Semarang.
Selain menikmati bangunan-bangunan dengan gaya kolonial, kita dapat mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di sekitar Kota Lama Semarang seperti Gereja Blenduk, Taman Srigunting, 3D Trick Art Gallery, dan cafe dengan gaya klasik.
Sejak tahun 2020, Kementrin Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Kota
Semarang Lama sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional. Dikutip dari
kebudayaan.kemdikbud.go.id, Kawasan Kota Semarang Lama terdiri dari empat situs
yang mewakili perjalanan Kota Semarang sejak abad ke-15 hingga awal abad ke-20.
Empat situs tersebut ialah Kampung Kauman, Kampung Melayu, Kampung Pecinan dan
Oudestad.
Selain mengambil foto dengan latar bangunan klasik, dengan arsitektur
gedung bergaya khas Eropa dengan pintu utama dan jendela berukuran besar,
elemen dekoratif serta langit-langit tinggi, ada juga beberapa spot foto seperti sepeda bunga dan motor unik ini.
Suasana pagi di Kota Lama cukup ramai, menikmati sejarah dengan jalan
kaki maupun bersepeda di area pedestrian yang telah tertata rapi. Merasakan
aura Semarang tempo dulu diiringi lagu-lagu Jawa di pagi hari sungguh tenang
dan menyenangkan. Dan karena masih pagi, restoran masih tutup. Museum Kota Lama
juga baru buka pada pukul 09.00. Sepertinya saat sore hingga malam suasana
lebih ramai, menikmati bangunan vintage dengan lampu-lampu tentu sangat
berkesan.
Saat kami melewati gedung PT. Perkebunan XV akan diadakan acara Dolanan
Bareng yang diikuti para pelajar. Selain bermain permainan tradisional juga
diadakan diskusi dengan bertema stop kekerasan terhadap anak dan stop kawin
bocah. Tampak panitia dan para pelajar sibuk menyiapkan acara. Meski tidak bisa
mengikuti acara ini, namun ikut senang melihat para pelajar yang berpakaian
batik dan banyak mainan tradisional yang sekarang jarang dimainkan anak-anak.
Setelah blusukan mengitari Kota Lama akhirnya kami kembali ke hotel.
Bersiap sarapan pagi lalu berkemas menuju tujuan berikutnya di Kota Semarang.
Oh iya, tips buat yang berkunjung ke sini:
- Bawa bekal minum dan cemilan jika perlu karena akan berkeliling ke Kota Lama yang cukup luas
- Berpakaian dan alas kaki nyaman
- Menyiapkan smartphone, pena, buku dan lain-lain untuk bikin dokumentasi, foto/video baik untuk keperluan konten maupun untuk bahan literasi.
- Sore hari merupakan waktu favorit bagi pengunjung, karena siang hari cuaca Semarang sangat terik dan saat pagi meski udara masih segar, kafe/resto masih tutup.
- Gunakan payung atau memakai sunscreen jika berkunjung saat siang hari.
- Hati-hati saat berjalan atau mengambil foto karena beberapa ruas jalan masih dilalui kendaraan.
- Jangan lupa tetap jaga kebersihan dan buang sampah pada tempatnya.
- Yuliati, Dewi. "Mengungkap Sejarah Kota Lama Semarang dan Pengembangannya Sebagai Asset Pariwisata Budaya." Jurnal Anuva Vol 3 No 2 (2019): Universitas Diponegoro
- https://visitjawatengah.jatengprov.go.id/id/destinasi-wisata/kota-lama-semarang
- https://www.nativeindonesia.com/kota-lama-semarang/
Komentar
Posting Komentar