Bayiku Kehabisan Air Ketuban dan Terlilit Tali Pusar

Tak terasa sudah dua tahun usianya, tepatnya sih 2 tahun 4 bulan. Banyak perkembangan yang ia perlihatkan membuat kami banyak bersyukur, seperti namanya, Himda, mengingatkan kami untuk selalu bersyukur pada Allah atas anugrah luar biasa ini, sekaligus mendoakan semoga ia seperti namanya, Himda, anak yang berakhlak terpuji dan selalu bersyukur.

Himda, anak kedua kami. Saat saya hamil Himda, Isya anak sulung kami baru berusia 15 bulan. Karena hamil lagi, Isyapun tidak mendapat ASI hingga usia 2 tahun, apalagi dia tidak IMD. Ktidaktahuan membuat saya menurut saat Isya diberi susu botol saat baru lahir. Di kehamilan kedua ini, saya sudah wanti-wanti ke bidan agar bisa IMD. Agar bisa memperbaiki "kesalahan" pada kehamilan sebelumnya. Isya juga lahir tanpa didampingi Abinya karena sedang berada di luar kota. Di kehamilan kedua ini, saya berharap bisa melahirkan didampingi suami.

Hamil sambil mengurus balita memang seru, dan tidak mudah. Selama hamil saya masih sering menggendong Isya, dan mengurus segala keperluannya. Isya pun diperkenalkan akan datangnya adik baru. Sejak saya hamil, kami memanggilnya Kak Isya, dan Isyapun sering membedaki perut saya yang makin membuncit. Katanya sih, sedang bedakin adik. Sampe belepotan bedak baju saya. Ah, rasanya pengen ketawa sendiri mengenangnya. Selama hamil, suami dan Kak Isya juga sering mengajak jalan-jalan bersama. Olahraga ringan ini emang cocok untuk ibu hamil. Sekalian momong anak, sekalian menjaga kesehatan. Kami juga sering mengajak Isya periksa hamil ke bidan. Selain itu, sebagaimana saat kehamilan pertama, di kehamilan kedua ini, kami membacakan untuk si janin Al Qur-an surat Yusuf dan Maryam.Bukan hanya masalah kemolekan, Menurut suami dan orang tua, janin dibacakan surat Yusuf agar bisa menjalani kehidupan seperti Nabi Yusuf, bisa selamat dari kedengkian saudara, godaan harta dan lawan jenis, serta memiliki kedudukan mulia disisi Allah di dunia dan akhirat. Surat Maryam juga sebagai doa dan harapan agar kelak si anak seperti Nabi Yahya (bisa dibaca dalam terjemahan surat Maryam). Memiliki hikmah sejak anak-anak, memiliki rasa kasih pada sesama, bersih dari dosa, seorang yang bertakwa, sangat berbakti pada orang tuanya, bukan orang yang sombong lagi durhaka. Dan saya juga sangat mengaminkan isi dari surat ini. Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali. Subhanallah, sebaik-baik doa memang dari kalam Allah. Ibu mertua juga selalu wanti-wanti agar saya tidak lupa membacanya setiap hari selain tadarus hingga khatam,selain banyak shalat dan memperlama sujud sebagai ikhtiar lahir bathin.

Bidan memprediksi HPL pada 19 Agustus 2012, pas saat hari Idul Fitri. Saat melahirkan Isya, HPL saya maju 23 hari. Jika Isya lahir saat malam nisfu Sya'ban, tapi Idul Fitri sudah berlalu, si janin masih betah saja di perut. Orang-orang bilang, si janin pengen ikut puasa dan sekalian lebaran. 3 hari setelah setelah HPL, kami kontrol ke bidan. Kehamilan sudah masuk 41 minggu dan si janin masih betah-betah saja, belum ada kontraksi. Begitu nyamankah kau di dalam sana, Nak?
Dari USG, posisi janin sudah mapan dengan kepala di bawah. air ketuban masih ada sedikit. Bu Bidan lalu mengambil sarung tangan dan memasukkan jarinya ke jalan lahir. Jangan tanya rasanya, lumayan untuk pemanasan sebelum persalinan. 

Malamnya, sepulang dari bidan muncul vlek. Tapi belum ada kontraksi. Keesokan harinya suami mengajak saya dan Isya jalan-jalan ke alun-alun. Saya disuruh muterin alun-alun sampe keringetan. Sepulang olahraga, sekitar jam 9 pagi, vlek bertambah banyak. Tapi belum juga kontraksi. Suami menyuruh saya istirahat. Naluri saya, mendorong saya menghubungi bidan. Karena beliau ada di klinik sekitar jam 2 siang, kami bertiga pergi ke klinik selepas dhuhur. Di klinik, sambil menunggu bidan datang, saya masih bermain dengan Isya. Dan betapa kagetnya begitu di cek, air ketuban sudah habis sama sekali. Bayi harus dikeluarkan saat itu juga. Suami segera berlari pulang mengambil koper yang kami persiapkan jauh-jauh hari untuk persalinan. Suami meninggalkan kaset murotal untuk menemani saya melahirkan Isya sendirian di ruang tunggu klinik. Ia tak mau masuk ke ruangan bersalin.

Saya segera diinfus cairan untuk mengganti air ketuban dan menelan sebutir pil kecil untuk merangsang persalinan. Asisten bidan langsung menyiapkan oksigen, ada yang mengusap punggung saya. Bidan pun ikut mengusap-usap punggung sambil melihat jalan lahir. Kering. Tak ada air ketuban yang keluar. Persalinan memang luar biasa. Entah karena pil atau infus, menurut bidan persalinan tidak akan lama, sekitar 3 jam saja. Itu artinya sekitar jam 18.00 bayi akan keluar. Tapi waktu serasa berjalan lambat. Kaki mulai menggigil dan kepala terasa panas. Suami tiba tak lama kemudian. Beliau dan anak lanang masuk ke ruangan, melihat saya melahirkan anak kedua kami, perempuan, ia lahir dengan plasenta melilit tubuhnya. Hal ini tak terlihat di USG. Dengan gerakan cekatan bidan melepas lilitan plasenta, memberinya oksigen, dan ia menangis. Suara pertamanya. Suami terpana lalu mengadzaninya. menurut bidan, jika sampai jam 21.00 bayi belum keluar, saya harus segera SC. Sementara saya di jahit, asisten bidan segera membersihkan bayi kami dan sesuai keinginan kami saya bisa IMD, dan atas pertolongan Allah, bisa menyusui tanpa sufor hingga 2 tahun. Daya tahan tubuhnya sangat baik. hingga kini ia baru sekali ke dokter saat diare ketika proses penyapihan. Alhamdulillah terima kasih Ya Allah.

Catatan: sebenarnya saat awal ramadhan, selepas mengkhatamkan Qur'an saya berniat khatam lagi sebelum lebaran. Ternyata saya baru bisa khatam seusai lebaran. Ternyata Himda menunggu agar kita bisa khataman bersama sebelum ia lahir ke dunia.

Peluk cinta Abi Ummi
Untukmu yang sholihah
-Aliyah Himda Habibah-




Komentar

Postingan Populer