Pertama kali menginjakkan kaki di
Wonosobo, sebuah kabupaten kecil di lereng pegunungan Dieng untuk menuntut
ilmu. Itulah pertama kali saya meninggalkan rumah, turun dari bus, saya dan
orang tua melanjutkan perjalanan dengan delman dan angkot. Dan sejak saat
itulah kisah klasik masa SMU sekaligus di pondok pesantren pun dimulai.
Saya masuk ke Blok I, yang entah
berisi 60-70 anak. Suasana yang ramai dan penuh sesak menjadi kesan pertama.
Jangan samakan dengan di rumah, sekamar sendiri dengan bantuan orang tua di
sana sini. Di pondok ini masing-masing dari kami ‘hanya’ mendapat fasilitas
sebuah lemari mungil 3 tingkat yang otomatis tidak bisa membawa banyak baju dan
keperluan pribadi. Jadwal kegiatan juga sangat padat. Disinilah pertama kali
ngerasain harus bangun jam 02.00-03.00 demi bisa dapat antrian kamar mandi.
Disini pertama kali harus nyuci baju tengah malam karena Cuma pas malam airnya
mengalir deras dan gak banyak antrian. Disini juga pertama kali ngerasa bagaimana
rasanya punya teman dari berbagai kota, berbagai daerah, dari luar Jawa, dengan
berbagai bahasa daerah, logat, kebiasaan, dan karakter yang berbeda.
Berkali-kali nulis tentang
cerita-cerita masa SMU dan rasanya sama aja, suka kebawa perasaan. Ini salah satu
cerita yang berkesan banget, dan memang benar adanya bahwa hidup itu penuh dengan liku dan kejutan. Saat awal masuk pesantren, kami para santri baru mendapat
seragam, kitab, Al Qur’an dan lain-lain. Saat itu ada seorang teman sekamar
menawarkan untuk menuliskan nama saya di Al Quran saya (karena barang-barang
pribadi kami harus diberi nama supaya tidak hilang). Menuliskan nama saya
dengan huruf arab pegon. Dan itulah awal perkenalan kami, namanya Mba Fery. Dan
gak menyangka di masa-masa kemudian, ada beberapa petualangan seru yang kita
lakukan. Berkesan banget buat saya, entah buat dia. Secara, saya tuh orangnya
introvert, sementara dia extrovert, anak gaul, banyak teman, banyak kegiatan.
Ada orang yang masuk dalam
kehidupan kita dan berlalu dengan cepat
Ada yang tinggal beberapa lama
dan meninggalkan jejak dalam hati kita
Dan diri kita pun tak akan pernah
sama seperti sebelumnya
Kita akan menemukan kata-kata
baru, pengertian-pengertian baru dan juga sikap-sikap yang baru. Kenal dan
bersahabat dekat dengan seseorang itu memang membutuhkan banyak pengertian,
waktu dan rasa percaya.
Sahabat adalah harta yang paling
berharga
Sahabat adalah duka yang paling nestapa
(Surat Cinta - Ihsan Abdul Salam)
Mba Fery lahir dari keluarga
santri, masa SMP nya pun di habiskan di pesantren ini. Dengan sifat supel dan
gaul so, dia punya banyak teman. Iya, kebalikan saya banget. Yang biasa-biasa
aja. Meski gitu, saya tipe yang suka mengingat kejadian-kejadian yang pernah
dialami, dan Mba Fery ini membuat 3 tahun di Wonosobo jadi banyak cerita.
Masjid dan menara, foto diambil dari lantai 2 TK HJ. Maryam
Suatu ketika, saat itu kita lagi
suka-sukanya sama Radio NHK Japan, dan dapat info ada pertukaran pelajar ke
Jepang di Semarang, kalau tidak salah Monbukagakusho. Sementara kita gak pernah
dapat pelajaran Bahasa Jepang, yang ada cuma rasa penasaran yang tinggi sama
hal-hal baru. Trus kita ijin deh sama Bapak Abbas, guru Bahasa Inggris, ya mestilah
jawabannya gitu deh. Karena kita juga gak ngejar juara tapi pengen ikut,
akhirnya kita ijin ke keamanan pondok selama 2-3 hari untuk ke Semarang. Dan
akhirnya jadilah kita ‘kabur’ dari pondok, naik bus ke Semarang lalu menginap
di rumah kakak Fery di Perumahan Raden Fatah. Kebetulan Kakaknya Fery ini punya
2 anak cowok, saya kan bawa facial wash dan ditinggal di kamar mandi, eh salah
satu dari mereka make facial ini, entah buat mandi atau buat mainan. Habis dah,
huhuhu belum tau kamu ya dek, kalau santri ini harus ngirit.😭
Untuk kalangan santri, bisa
menghirup udara di dunia luar selain masa liburan itu rasanya indaaah banget,
ada aroma kebebasan yang nikmat banget. Dari Raden Fatah kita di antar kakaknya
Feri ke Jalan Pandanaran, lokasi lomba. Saat peserta lain dapat support dari
sekolah, dianterin, di kasih fasilitas katering, kitanya cuma modal belajar
dikit,dan rasa ingin tahu yang banyak, kalah pastinya. Tapi seneng, pake
banget. Karena bisa memecah rasa keingintahuan dan dapat pengalaman baru. Jadi tahu proses pertukaran pelajar dan
serangkaian ujian yang harus dilalui. Oh iya, kita juga jadi punya banyak teman
baru.
Dan dari Semarang kita bablas ke
rumah Fery di Salatiga, jadinya lebih lama
deh acara kita. Kita seneng banget meski sempet khawatir kalau dapat
hukuman karena kita pergi lebih lama dari ijin yang diberikan pondok. Di
Salatiga, engga lama kok, cuma semalam langsung balik ke Wonosobo. Dan salah
satu yang saya inget, keluarganya Fery baik banget, saat mbaknya Fery bikin kue mata
roda berwarna hijau dan pink dengan pisang di tengahnya.
Selain berpetualang di luar kota,
selama masih SMU kita berdua juga suka silaturahmi ke para guru. Salah satunya
ke Pak Yulthof, guru bahasa Arab sekaligus wali kelas kami saat kelas 3. Saat
itu hari libur, kami silaturahmi ke kediaman beliau, kebetulan beliau sedang sendiri
di rumah. Kami disuruh membantu mengisi raport (raportnya kita isi sendiri gaess) setelah itu disuruh masak nasi, kita
berduapun ngumpet di dapur sambil kasak-kusuk jaim karena belum bisa masak nasi pakai
magic com. LOL.
Selain ke Pak Yulthof kami juga
pernah ke Pak Slamet, satpam sekolah saat itu. Lalu ke Pak Zuhdi, wali kelas
diniyah Fery. Ini sih rame-rame sama teman-teman, saat itu sedang berlangsung
Piala Dunia. Fery ini selain supel juga punya banyak banget kenalan dari santri
senior, entah santri putra dan santri putri, salah satunya Fery pernah ngajak aku nongkrong. NONGKRONG???
di photo studionya Kang Kastari dan Kang Ali. (Sayangnya sekarang studio photonya sudah tidak ada, entah pindah atau tutup). Gak sekedar main dan nongkrong sih, lebih tepatnya nemenin
Fery yang lagi latihan pidato dan akhirnya juara 2 atau 3. Saat itu belum ada
ponsel, jadi orang tua kami menelpon melalui telpon pondok di kantor pusat. Jamannya
warnet dan afdruk foto masih hits. Saat kelas 3, saya pindah ke kost, meski
begitu karena kami sekelas, kami masih suka wira-wiri kemana-mana bareng. Dan
tentunya, kami juga punya teman-teman lain, baik di pondok, di sekolah dan di
kost.
3 tahun penuh keseruan pun
berakhir.
Kami lulus SMU, Fery kuliah di
Purwokerto jurusan Matematika, saya di Bandung jurusan Logistik. Kami masih
berkomunikasi, lewat surat dan email. Saat itu ponsel masih barang mihil. Kalau
pas libur kuliah pernah juga beberapa kali main-main di kost Fery yang tidak
jauh dari kampusnya di Unsoed, dan saat kuliah kamipun pernah sengaja ke
Wonosobo, reuni dengan teman-teman saat haflah Khotmil Quran di pondok. Setelah
menjadi alumni, reuni adalah salah satu cara mengobati kerinduan masa sekolah,
menyambung silaturahmi dengan para guru dan teman-teman. Dan sejak menjadi
alumni, hubungan dengan teman seangkatan berubah. Ada yang dulu sahabat dekat,
lalu kehilangan jejak. Ada yang dulu ga akrab, menjadi dekat. Tidak ada sekat,
karena semua sama-sama alumni. Selepas kuliah, saya memanfaatkan ilmu di
Semarang, Fery masih di Purwokerto, dan kita masih terhubung dan berkomunikasi.
Curhat kita pun bergeser, dari kisah seru masa SMU, menjadi kegiatan-kegiatan
selama kuliah dan tentunya ke masalah-masalah pribadi. Salah satunya yang
membuat saya bersyukur, Allah memberi sahabat seperti Fery adalah, dia bisa
mendengarkan (Iyes, karena perempuan harus mengeluarkan 20.000 kata per hari 😅), dan nyaman banget buat tempat curhat tanpa takut bocor, ketawa-ketiwi, dan
juga berkeluh kesah.
Seorang sahabat bisa menyembuhkan
luka hati
Menarikmu dari nada-nada sedih
yang melingkupi
Menerangi langitmu yang kelabu
Menjernihkan dusta-dusta yang
menipu
Seorang sahabat selalu siap
dengan tangan terbuka
Untuk menghiburmu dan
melindungimu dari marabahaya
Untuk membantu menyimpan segala
rahasiamu
Untuk menemanimu saat kau ingin
bersenang-senang
Seorang sahabat selalu ada
disamping dalam suka dan duka
Dalam saat-saat bahagia atau
penuh ketakutan
Selalu menyenangkan dan ceria
Dan ikatan diantara sahabat akan senantiasa
abadi
(Chicken Soup for The Teeange
Soul III- Harmony Davis)
Tahun 2010, 8 tahun yang lalu.
Masing-masing dari kami sudah
menikah. Saat itu saya baru melahirkan anak pertama, 2 bulan setelah
melahirkan, Fery dan suaminya datang menengok. Saat itu Fery baru saja
keguguran. Setahun Kemudian Fery melahirkan putra pertama. Dan entah takdir
atau kebetulan belaka, padahal gak janjian, anak pertama kami bernama nyaris
sama. Putra Fery, Hanana Ahmad Nurul Musthofa. Putra saya, Ahmad Aisya Nurul
musthofa.
Setelah menyandang status istri
sekaligus ibu, obrolan kami pun mulai bergeser jadi seputar dunia emak-emak,
jadi ngerasa banget bagaimana kita itu dari teman dolan, teman berpetualang,
dari jamannya jadi remaja sok tau dengan tingkat keingintahuan dan penasaran
akan pengalaman baru yang sampai level akut sekarang jadi emak-emak milenial
yang berburu ilmu parenting di buku, seminar dan pastinya social media.
Alhamdulillah, kita juga terkoneksi dari jamannya pake hape monochrome sampe
sekarang bisa WA-an, dan juga sama-sama jualan online. Sebenarnya kita sempat bertemu sekitar 3 tahun yang
lalu, saat acara haflah khotmil Quran, Fery beserta suami dan kedua anaknya, datang dan
seneng banget saat itu kita bisa ketemu dengan status yang sama, mahmud abad
(mamah muda anak baru dua). LOL.
Sekali lagi, moment terbaik kadang datang tak terduga, tanpa rencana. setelah 3 tahun pertemuan terakhir, tahun 2018 ini kita bisa ketemu lagi. Jadi
Pesantren Al Asyariyyah rutin mengadakan Haflah Khotmil Qur’an setiap tanggal
10 Muharram, atau tepatnya 20 September lalu. Perhelatan besar bukan cuma bagi pondok, tapi juga warga sekitar.
Bukan cuma tamu undangan dan wali santri yang datang menghadiri tapi juga para
alumni, yang membuktikan kebahagiaan, kebanggaan pada almamater dan hormat
takdzim pada Kyai dan para guru. Selain itu mengingatkan diri sendiri, kalau
dulu juga pernah ikut khataman, dan berharap itu bukan sekedar seremonial belaka,
tapi pengingat agar selalu dekat dan mendekati Al Quran, insyaallah.
Jadi grup WA alumni angkatan kami mengadakan semaan Qur'an seminggu sekali dan khatam malam jumat. Kebetulan sekali Haflah Khotmil Quran pada 10 Muharam tahun ini bertepatan pada hari kamis malam jumat. Salah satu teman kami, Uli Maftuhah, yang rumahnya selalu menjadi basecamp utama para alumni angkatan kami mengadakan khotmil Quran sederhana (yang alhamdulillah sudah memasuki putaran 102), beberapa teman alumni sudah mengkonfirmasi kedatangannya. Sayangnya, sorenya saya gak bisa datang padahal banyak teman-teman alumni yang sudah banyak yang ngumpul di rumah Uli.
Agar tak kehilangan moment berharga, Jumat pagi setelah Isya dan Himda berangkat sekolah, saya langsung mengajak Navid ke rumah Uli. Sayangnya Uli sudah berangkat mengajar. Untungnya bisa ketemu Fery di penginapan alumni SMP Takhassus di rumah Pak Mukodam di Kalibeber. Hiks, sayangnya cuma sekitar 3 jam dari jam 07.30-10.30. Keberuntungan tidak datang tiba-tiba, namun harus diperjuangkan. Setelah mengobrol kami langsung ziarah ke nDero Duwur di makam Simbah KH. Muntaha Al Hafidz.
FYI, KH. Muntaha Al Hafidz adalah adalah ulama Indonesia yang memiliki julukan Pecinta Al-Qur'an Sepanjang Hayat. Julukan tersebut beliau terima karena hampir seluruh hidupnya ia habiskan untuk mendalami dan menyebarkan ajaran al-Qur'an. Ia adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Asy'ariyah Kalibeber Wonosobo. Melalui pesantren asuhannya, telah terbit sebuah tafsir al-Qur'an tematik (maudhu'i) yang telah memberi sumbangsih terhadap perkembangan kajian ilmu-ilmu al-Qur'an . Gagasannya yang paling monumental adalah membuat mushaf al-Qur'an akbar (al-Qur'an raksasa) setinggi dua meter, dengan lebar tiga meter dan berat lebih dari satu kuintal.
Agar tak kehilangan moment berharga, Jumat pagi setelah Isya dan Himda berangkat sekolah, saya langsung mengajak Navid ke rumah Uli. Sayangnya Uli sudah berangkat mengajar. Untungnya bisa ketemu Fery di penginapan alumni SMP Takhassus di rumah Pak Mukodam di Kalibeber. Hiks, sayangnya cuma sekitar 3 jam dari jam 07.30-10.30. Keberuntungan tidak datang tiba-tiba, namun harus diperjuangkan. Setelah mengobrol kami langsung ziarah ke nDero Duwur di makam Simbah KH. Muntaha Al Hafidz.
FYI, KH. Muntaha Al Hafidz adalah adalah ulama Indonesia yang memiliki julukan Pecinta Al-Qur'an Sepanjang Hayat. Julukan tersebut beliau terima karena hampir seluruh hidupnya ia habiskan untuk mendalami dan menyebarkan ajaran al-Qur'an. Ia adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Asy'ariyah Kalibeber Wonosobo. Melalui pesantren asuhannya, telah terbit sebuah tafsir al-Qur'an tematik (maudhu'i) yang telah memberi sumbangsih terhadap perkembangan kajian ilmu-ilmu al-Qur'an . Gagasannya yang paling monumental adalah membuat mushaf al-Qur'an akbar (al-Qur'an raksasa) setinggi dua meter, dengan lebar tiga meter dan berat lebih dari satu kuintal.
Karena waktu bertemunya dibatasi selama jam Cinderela, kami langsung ngobrol
banyak hal, dari masalah anak-anak, dagangan kita, sampai kabar
teman-teman saat ini. Sebenarnya kurang banget waktnya. Sayangnya emak Cinderela harus segera pulang, sebelum anak-anak kembali dari sekolah dan Fery juga harus segera kembali ke Salatiga. Meski cuma 3 jam, rasanya bahagia dan terharu, hingga saat ini kurang lebih 18 tahun kami berteman, tak terasa masa muda kita lewati berganti menjadi ibu dari anak-anak yang hilir mudik mengiringi.
Wefie-lah sebelum berpisah
Beruntungnya hidup di jaman smartphone
Sebelum berpisah dan kembali ke aktivitas masing-masing, untungnya kita inget untuk wefie dulu. Entah kapan bisa bertemu lagi. Untungnya saat ini sudah ada smartphone yang bisa mengabadikan momen-momen penting, merekam, berkomunikasi dan juga menjemput rezeki. Saya jadi ingat saat awal-awal pertemuan dengan suami, menikah lalu menjalani kehamilan. Alhamdulillah semua terdokumentasi, meski tidak terlalu lengkap. Seringkali saat ingin membuat video untuk merekam aktivitas si kecil, memori ponsel harus dikosongkan dulu, dipindah dulu ke komputer karena memori ponselnya terbatas, karena belum sempat dipindah, akhirnya ga jadi bikin video deh. Padahal gallery foto di ponsel sangat bermanfaat untuk mengabadikan moment-moment keseharian dan juga momen penting yang akan selalu menjadi kenangan.
Kebutuhan akan memori ponsel juga bertambah, karena saat ini memori ponsel saya penuh dengan gambar jualan, sehingga selain membuat memori penuh saya juga tidak bisa seenaknya menginstal aplikasi yang sebenarnya dibutuhkan. Ponsel juga menjadi sering lola (loading lama), karena terlalu penuh. Beberapa hari yang lalu, saya dan suami sempat browsing mencari ponsel yang bisa memenuhi segala kebutuhan kami. Iya, suami juga sedang mencari pengganti ponsel lama yang layarnya pecah.
Dan saya jadi inget smartphone Huawei Nova 3i, smartphone impian saya di tahun 2018. Dari smartphone ini, saya yakin kebutuhan dan keinginan akan smartphone bisa terpenuhi. Mau tahu kenapa?
Kebutuhan akan memori ponsel juga bertambah, karena saat ini memori ponsel saya penuh dengan gambar jualan, sehingga selain membuat memori penuh saya juga tidak bisa seenaknya menginstal aplikasi yang sebenarnya dibutuhkan. Ponsel juga menjadi sering lola (loading lama), karena terlalu penuh. Beberapa hari yang lalu, saya dan suami sempat browsing mencari ponsel yang bisa memenuhi segala kebutuhan kami. Iya, suami juga sedang mencari pengganti ponsel lama yang layarnya pecah.
Dan saya jadi inget smartphone Huawei Nova 3i, smartphone impian saya di tahun 2018. Dari smartphone ini, saya yakin kebutuhan dan keinginan akan smartphone bisa terpenuhi. Mau tahu kenapa?
Storage 128 GB paling besar di kelas smartphone mid-end saat ini
Jadi, buat saya memori ini penting banget. Ribet banget kalau pas dalam perjalanan, mau mengabadikan moment penting, atau pas harus download produk jualan ternyata gak bisa karena memori penuh. Dengan menggunakan Huawei Nova 3i, tak perlu khawatir lagi karena didukung chipset Kirin 710 berkonsep octa-core yang dipadukan dengan 4GB RAM dan 128GB ROM (microSD hingga 256GB).
Model dan warnanya keren
Huawei Nova 3i ini memiliki tiga model warna: black, irish purple dan camaro. Di bagian belakang terdapat corak yang indah, dilengkapi bingkai metal di bagian tengah, cantik banget. Selain itu dengan ukuran layar 6,3 inch FHD+ (2340x1080) berat 169 gram dan ketebalan hanya 7,6 mm membuat smartphone ini nyaman banget digenggam.
Kameranya cerdas dan mudah dioperasikan
Memiliki kamera yang cerdas, canggih, tapi simpel digunakan adalah salah satu poin saya dalam memilih smartphone. Objeknya bagus, eh saat dilihat hasil fotonya ternyata kurang memuaskan. Sayang sekali kan? Huawei Nova 3i ini keren banget untuk fotografi karena memiliki kamera depan ganda dengan konfigurasi 24MP dan 2MP serta 16MP dan 2MP untuk kamera belakang. Lensa utama bertugas untuk merekam detail sementara lensa kedua (2MP) menghasilkan efek kedalaman (bokeh) yang profesional dan alami. Huawei nova 3i juga diperkuat oleh algoritma AI yang didorong pengetahuan lebih dari 100 juta gambar. AI HUAWEI nova 3i mampu mengingat 22 kategori dari 500+ momen, dan menyediakan hasil potret yang dioptimalkan. Dengan AI di Smartphone Huawei, berbagai momen indah bisa direkam dengan mudah. Jadi gak repot harus mencari sinar yang oke saat mengambil gambar, meski dalam rumah atau cahaya minim tetap bisa mendapat gambar yang keren. Sip!
Hemat energi
Point yang tidak kalah penting dalam memilih smartphone adalah yang hemat energi. Kami perantau, dan hal ini terasa banget saat kita mudik, lalu power bank kosong, secanggih apapun smartphone kalau baterainya habis gak bisa dipakai kan? Sementara dalam perjalanan penting banget memiliki ponsel dengan performa maksimal supaya bisa dimanfaatkan selama perjalanan. Biasanya sih, kita memakai smartphone untuk putar musik, murotal, film, atau game agar anak-anak tidak bosan di kendaraan yang biasanya memakan waktu lama. Kelebihan Huawei Nova 3i ini dilengkapi teknologi GPU Turbo. Buat para mobile gamer ini penting banget, karena bisa nge-game suka-suka tanpa membuat performa boros, malah 30 persen lebih hemat.
Kesimpulannya, Huawei Nova 3i ini memang keren! Dengan smartphone ini saya bisa tenang mengabadikan momen-momen berharga, terutama tumbuh kembang anak-anak yang akan sangat berharga dan memorable banget, tak terlupakan dan tak akan terulang kembali, untuk jualan online juga juara. Gak usah khawatir lagi menyimpan foto produk dalam jumlah banyak, selain itu ukurannya yang ideal, bikin nyaman dibawa kemana saja.
Finally, terima kasih yaa sudah membaca, semoga bermanfaat. Apa saja nih momen terbaik teman-teman di tahun 2018 ini? Sharing yuk.
aku terkejut diakhir :D
BalasHapus