KADER POSYANDU: ANTARA KELUARGA DAN MASYARAKAT

 Rabu pertama setiap bulan menjadi hari yang harus saya dan ibu ingat. Bagi saya, ini hari dimana Isya (3,5 tahun) dan Himda (1,5 tahun) ke Posyandu untuk di timbang berat badannya. Bagi ibu, karena beliau kader Posyandu, sehari sebelumnya ibu sudah berkoordinasi dengan kader lain menentukan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) apa yang akan dibuat esok hari.

Entah sudah berapa tahun ibu menjadi kader Posyandu. Seingat saya, sejak saya SD, di rumah pernah menjadi tempat Posyandu. Dulu masih jamannya Kartu Menuju Sehat (KMS), dimana tumbuh kembang anak dicatat di kertas yang bisa dilipat menjadi 3 bagian. seiring waktu berjalan, Poyandu dilakukan bergiliran di rumah para kader. Saat ini Posyandu sudah istiqomah di rumah Bu Neni yang menjadi ketua kader Posyandu di RW 2 tempat kami tinggal

Menjadi kader Posyandu, tidak sekedar menimbang, ada Bidan yang mendampingi untuk imunisasi tiap bulan. Berat badan anak di kontrol, jika bulan berikutnya berkurang, kader harus menanyakan pada si ibu, atau memberi saran untuk kebaikan ibu dan anak. Setiap bulan ketua kader dan perwakilan kader mengikuti rapat di puskesmas kecamatan, kadang ada rapat (ibu menyebutnya kumpulan) di Posyandu RW yang lain. Setiap tahunnya, ada pendataan yang harus di kerjakan. RW kami terdiri dari 6 RT (Rukun Tetangga), tiap kader dibagi tugasnya mendata kondisi tiap RT. Ibu kebagian data RT.5 tempat kami tinggal. Apa saja yang didata? Pendataan membutuhkan data setiap KK (Kepala Keluarga), dari data lengkap KK beserta keluarganya, kondisi rumah, air, listrik, jumlah anak, pendidikan keluarga, alat kontrasepsi yang digunakan. Data ini diperbaharui tiap tahun karena pasti berubah. Saya tahu karena sering membantu ibu mengerjakannya. Yang sulit, karena jumlah KK yang banyak dan menyalin nomor KTP/NIK yang nyaris tak terlihat. Selain pendataan ini, ada juga pendataan lain seputar ibu dan anak di wilayah masing-masing.

Selain pendataan, tiap bulan juga ada PMT untuk balita yang ditimbang. Balita yang disarankan ke Posyandu mulai dari umur 0-5 tahun. setelah balita mendapat imunisasi dasar lengkap (HPT, BCG, DPT, POLIO CAMPAK), mereka ditimbang dan di beri PMT. Kadang PMT nya bubur kacang hijau. Ibu berbelanja sehari sebelumnya, dan setelah shubuh mulai membuat bubur lalu membungkusnya, sekitar pukul 08.00, bubur mulai diantar ke Posyandu di rumah Bu Neni. Kadang PMTnya berupa telur puyuh dan pisang. PMT dijual Rp.1000/bungkus. Jauh lebih murah dibanding harga jual pasaran karena tujuannya memang membantu balita mendapat makanan bergizi dan murah. Pernah juga nasi dan lauk bergizi namun kurang diminati kaum ibu karena umumnya mereka sudah memasak di rumah.

Apa yang ibu dapatkan dengan menjadi kader Posyandu? Pada awal-awal bergabung (artinya bertahun-tahun yang lalu), tidak ada fee sama sekali. Murni karena dorongan hati. Masyarakat butuh Posyandu dan butuh kader yang memberi perhatian pada balita. Kadang, para kader juga memiliki peran ganda seperti mensosialisaskan program pemerintah. Seperti membantu mensurvei warga yang benar-benar membutuhkan untuk kepentingan BLT, Jamkesmas, Jamkesda, dan sebagainya karena para kader terbiasa bersosialisasi dengan warga.

Beberapa tahun terakhir, menurut ibu, pemerintah mulai memberi perhatian pada Posyandu, seperti ada fee tiap beberapa bulan sekali, adanya ongkos transport jika ada rapat di kecamatan, dan mendapat seragam. Jumlahnya memang tidak seberapa namun membuktikan pemerintah mulai memperhatikan Posyandu dan kadernya. Selain itu, ibu meski telah lansia (usia beliau 58 tahun), masih gesit berorganisasi. Ibu mendapat banyak informasi yang bermanfaat, dan pengalaman berharga seperti bertemu banyak kalangan, bisa mengikuti seminar yang diadakan Posyandu, dan dari seminar itu ibu bisa menerangkan bahaya rokok, bahaya dan cara mengatasi stroke, Hak Anak, pengetahuan seputar kontrasepsi, dan seputar kesehatan ibu hamil dan menyusui.

Dari ibu saya belajar bahwa menjadi seorang perempuan, lalu menjadi istri dan seorang ibu adalah anugrah Allah yang luar biasa sekaligus amanah yang harus dijaga. Menjadi istri dan ibu haruslah menjadi pembelajar sejati. Bagaimana menjadi istri yang baik, bagaimana mendidik anak yang baik. Dan meski "hanya" seorang ibu rumah tangga, kita bisa gaul yang sehat dan bemanfaat. Ibu sangat suka berorganisasi. Beliau menjadi ketua Dasa Wisma (Dawis), tergabung dalam PKK tingkat RT, PKK tingkat RW, PKK tingkat kelurahan, dan kader Posyandu. 

Dan, karena para kadernya ibu-ibu (dan semanya ibu-ibu setengah baya alias anaknya udah gede malah udah punya cucu), permasalahan ada pada kader sendiri. Ada kader yang inkonsisten karena sibuk dengan masalah intern keluarga sehingga tidak fokus di Posyandu. Sehingga dibutuhkan kader yang bisa meluangkan waktu antara keluarga dan organisasi. Biasanya para kader adalah para ibu yang anaknya sudah dewasa jadi tidak repot dengan urusan dapur. Saat ini Bu Neni, agak repot mencari kader baru yang benar-benar mau konsisten.

Di kota-kota besar, mungkin peran Posyandu tidak begitu dominan. Di sebuah stasiun televisi swasta saya pernah melihat tayangan di Indonesia Timur, dimana saat kunjungan ke Posyandu adalah saat dimana anak mendapat makanan bergizi. Asli, ini bukan promo program pemerintah. Di kampung saya, tidak (belum) ada komunitas sosial, karena ibu saya seorang kader, dan karena Posyandu memegang peran penting. Apapun bentuknya, apapun medianya, apapun komunitasnya, yuuk temen-temen, kita beri perhatian pada ibu hamil, ibu menyusui, balita dan anak-anak terutama dari kalangan tidak mampu. Ibu yang sehat akan melahirkan anak yang sehat dan anak yang sehat akan menjadi generasi sehat dari bangsa yang sehat.

Buat temen-temen, terutama sesama perempuan atau ibu-ibu, yuk gaul sehat dengan ikut organisasi di lingkungan masing-masing. Mau PKK, Posyandu, atau mungkin kegiatan sosial. Selain menambah keakraban dengan tetangga, juga mengasah intelektualitas, dan bukan tidak mungkin nambah rejeki. Masuk dalam komunitas sosial juga butuh keikhlasan dan panggilan jiwa. Bahagia pun menjadi sederhana. 





Komentar

  1. saya teringat pada sepupu yang aktif sebagai kader posyandu walaupun dia masih lajang. Tapi sekarang dia sudah mundur karena abis melahirkan. Menjadi kader posyandu memang asyik kayaknya walaupun ga gampang. Saya lihat ibu-ibu yang adatang ada saja yang diomongin, terutama kalau komplain. tapi ya namanya pengabdian, tentu ada imbalan tersendiri. Semoga anda selalu diberi kesehatan dan kekuatan terus Mbak. Salam dari Kota Hujan :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer