Pemuliaan perempuan: Tinjauan Fakta, Keilmuan dan Agama



Pemuliaan Perempuan:Tinjauan Fakta, Keilmuan dan Agama
Oleh: Siti Lathifah, A.Md*

Prolog
Kaum perempuan seperti juga kaum laki-laki, memilki peran yang sangat penting dalam menkelola dan memakmurkan kehidupan alam semesta. Sebagai makhluk yang paling sempurna manusia memiliki keistemewaan dan kelebihan-kelebihan yang disebut maziyyah dan fadhilah apabila dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain.[1] Keistemewaan yang dimilikinya bukan saja terletak pada kejadian fisiknya (jasmaniah), tetapi juga pada kejadian ruhaniyyahnya. Kajian tentang manusia dilakukan oleh berbagai disiplin ilmu dan didiskusikan dalam berbagai perguruan tinggi. Ilmu psikologi dan tasawuf misalnya merupakan dua disiplin ilmu yang biasa digunakan untum membaca struktur keruhanian manusia. Khusus kejadian ruhaniyyahnya, manusia juga memiliki kelebihan-kelebihan yang luar biasa yang tidak dimiliki makhluk-makhluk lainnya.
Dalam kajian filsafat agama, kata nafs digunakan untuk menunjukkan substansi manusia. Nafs  yang ada pada diri manusia bagi para filosof berarti daya berpikir. Berdasarkan pandangan ini, maka tidak aneh mereka mendefinisikan manusia sebagai al-hayawan al-natiq (hewan yang berpikir). Selain memiliki nafs, yang menurut pandangan filosof dimiliki juga makhluk lain seperti benda mati, tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia juga meiliki akal (al-aq)l dan kalbu (al-qalb). Akal merupakan substansi dan esensi untuk memahami sesuatu secara rasional. Sedangkan kalbu merupakan penentu kualitas manusia.[2] Ia memiliki kedudukan yang sangat menentukan dalam sistem kehidupan manusia. Kalbu menentukan diri seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau meninggalkannya. Karena itu, kalbu diberi beban, pertanggungjawaban terhadap apa yang ditugaskannya. Dalam prespektif agama akal dan kalbu merupakan anugerah Tuhan yang sangat agung dan luhur yang dapat membedakan manusia dengan makhluk lain. Oleh karena manusia memiliki akal dan kalbu, ia diserahi amanah sebagai khalifah Tuhan di muka bumi.[3]
Khalifah mengandung makna bahwa Allah Swt. menjadikan manusia sebagai pemegang kekuasaan untuk melaksanakan syari’atnya di muka bumi. Manusia secara keseluruhan baik pria maupun wanita ditugaskan untuk mengkelola alam semesta bagi kebaikan semua makhluk. Amanah yang agung itu mengantarkan manusia menjadi makhluk yang bertanggungjawab atas semua amal perbuatannya. Manusia memperoleh balasan kebahagiaan atas kebaikan-kebaikan yang dilakukannya atau menderita kesengsaraan sebagai balasan atas keburukan-keburukan yang dilakukannya.
Berdasarkan uraian ini, pasti dapat dipahami dengan mudah bahwa menurut pandagan agama kaum perempuan memiliki kesetaraan dan persamaan dengan kaum pria. Keduanya sama-sama diserahi amanah untuk mengkelola alam semesta ini bagi kesejahteraan semua makhluk.

Realita Pemuliaan Perempuan
            Sungguhpun ajaran agama menekankan tentang persamaan kemuliaan perempuan dan laki-laki, sebagaimana telah disinggung di atas, dalam kenyataan sehari-hari masih banyak kelompok masyarakat yang menganggap rendah kedudukan kaum perempuan. Hal itu bisa dilihat dari perlakuan masyarakat terhadap mereka. Misalnya kebebasan kaum perempuan untuk memperoleh hak-haknya masih sangat dibatasi dan dipersempit. Berbagai kesalahan sering ditimpakan kepada kaum perempauan misalnya, masalah prostitusi, pengguguran kandungan, dekadensi moral dan sebagainya. 
Akses kaum perempuan untuk memperoleh informasi yang luas tentang kegiatan ilmiah, sosial dan politik masih sering dibatasi secara ketat. Sebagain dari mereka masih sering memperoleh kekekarsan dari kaum laki-laki, baik kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, dan bahkan kekerasan fisik. Dari perlakuan-perlakuan buruk terhadap kaum perempuan itu, ada yang lebih mengerikan lagi, yaitu mereka yang melakukan kekerasan dengan mengatasnamakan agama. Padahal apa yang dilakukannya itu, sangat bertentangan dan merupakan pembangkangan yang keras dari ajaran agama itu sendiri. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan penyuluhan dan penginformasian secara terus menerus mengenai ajaran agama dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mengenai pengenalan ilmu agama, nampaknya sudah banyak dimiliki oleh masyarakat. Namun pengamalannya masih sangat memperhatikan. Karena itu, peran tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemerintahan sangat signifikan dalam mengarahkan umat manusia kepada perbuatan yang baik dan terpuji termasuk memuliakan perempuan.

Perempuan, dan Kegiatan Keilmuan
Dari tinjauan keilmuan kaum perempuan memilki persamaan dengan kaum laki-laki, hal itu bisa dilihat dalam percaturan dunia ilmiah, termasuk percaturan kehidupan sosial dan politik. Banyak tokoh-tokoh perempuan yang menjadi ilmuan, tokoh masyarakat, pemimpin politik dan ulama. Bahkan dalam kehidupan sufi. Seperti Sarah (istri Ibrahim), istri Imran, Maryam (ibunda Nabi Isa), Asiah (istri Fir’aun), Siti Aisyah, Siti Fatimah, Ratu Zubaidah (permaisuri Harun al-Rasyid), Golda Meir, Indira Gandhi, Benazir Butho, dan banyak tokoh-tokoh wanita lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Tinjauan Agama
Menurut pandangan agama, sebagaimana telah disinggung pada pembukaan makalah ini. Kaum perempuan memiliki persamaan dengan kaum laki-laki, baik hak dan kewajibannya terhadap agama. Sebagai contoh sederhana, disebutkan dalam al-Qur’an :
“ Sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam (laki-laki dan perempuan), Kami angkut mereka di daratan dan lautan (untuk memudahkan mereka mencari kehidupan). Kami beri mereka rizki yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan. (QS. Al-Isra: 70).
Ayat ini, menegaskan tentang kemuliaan kaum laki-laki dan kaum perempuan yang diberikan oleh Allah Swt. ditegaskan lagi dalam firman Allah: “Sebagain kamu adalah sebagain dari yang lain”. (QS. Al-Imran: 195). Firman Allah: “Maka Tuhan mereka mengabulkan permohonan mereka dengan berfirman: “Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan. (QS. Al-Imran: 195). Nabi Saw memerintahkan para sahabat mengambil separuh daripada agama melalui Aisyah. Beliau bersabda “Ambilah separuh agamamu dari al-Humaira’ (yakni Aisyah).

Wallahu a’lam

Karangsentul,   Oktober 2009


Siti Lathifah, A.Md
Email: myli_note@yahoo.com


* Penulis adalah aktifis pemerhati emansipasi  perempuan di Purbalingga. Penulis beralamat di kel.karang sentul Rt 05 Rw 02, No.12 – padamara – Purbalingga.
[1]Kesempurnaan manusia dalam fisik dan mental banyak disebutkan dalam ayat al-Qur’an antara lain: dalam surat at-Tin 1-4.  Artinya “Demi (buah ) Tin dan demi (buah) Zaitun, dan demi (bukit) Sinai dan demi kota (Mekkah) ini yang aman. Sesungghnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.”
[2] Sabda Nabi Saw. : “ Ketahuilah bahwa dalam tubuh manusia ada suatu organ bila organ itu sehat maka sehatlah seluruh tubuhnya, dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah, bahwa organ itu adalah kalbu). (HR. al-Bukhari dan Muslim).
[3] Firman Allah: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di muka bumi”. (QS. Al-Baqarah, 2:30). Perhatikan juga QS. Shad, 38:26. QS. Al-An’am, 6: 65)

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer